Keadaan Umat Islam di Abad 21

Al-Bahr Institute
6 min readJan 29, 2021

--

Perbedaan Manusia dengan Hewan Adalah Terdapatnya Akal

Karunia akal merupakan salah satu karunia terbesar yang diberikan Allah ﷻ kepada seluruh umat manusia. Sebagaimana dalam Alquran Allah berfirman, “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (Al-Israa’:70). Manusia adalah makhluk yang berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya yang Allah ciptakan dengan dikaruniakannya berbagai macam kelebihan yang sempurna. Akal memegang peranan sentral dalam kehidupan manusia dalam bertindak dalam melakukan sesuatu, apakah yang manusia lakukan adalah akan memberikan manfaat ataukah sebaliknya yang dapat memberikan kebinasaan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam kitab Majmu’ ul-Fatawa, akal adalah suatu syarat dalam memahami sebuah ilmu. Dengan bisa memahami ilmu, amalan menjadi memiliki kualitas yang baik dan sempurna. Walaupun demikian, akal bukanlah satu hal yang dapat berdiri sendiri. Perlu adanya pedoman dan pegangan sehingga akal dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pedoman dan pegangan tersebut adalah salah satu mukjizat terbesar yang Allah berikan kepada manusia melalui Rasulullah ﷺ, yaitu Alquran dan Sunnah. Namun, apakah kedua pedoman yang agung dan mulia tersebut benar-benar dipelajari, dipahami, dan diamalkan oleh kebanyakan manusia yang telah Allah karuniakan segala nikmat pada saat ini?

Pentingnya Menjaga Akal dari Segala Kerusakan

Manusia tanpa akal tidak dapat menciptakan suatu kebaikan dalam dirinya karena dengan akal, manusia dapat membedakan mana yang benar dan salah. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Miftahu Daaris Sa’aadah

“Jika dua akal ini berkumpul pada seorang hamba, maka itu merupakan anugerah besar yang diberikan oleh Allah kepada hamba yang dikehendaki-Nya, urusan hidupnya akan menjadi baik, dan pasukan kebahagiaan akan mendatanginya dari segala arah”

Melihat urgensi yang amat besar dalam menjaga akal dari sesuatu yang dapat memudaratkan, sebagai seorang muslim sangat perlu untuk senantiasa sadar dan terus berusaha untuk menjadikan akal yang telah dikaruniakan oleh Allah dijaga dengan sebaik-baiknya. Di zaman globalisasi yang benar-benar kita rasakan saat ini, pemikiran-pemikiran di muka bumi ini semakin berkembang dan bervariasi seiring pesatnya pertumbuhan dan perkembangan globalisasi berbagai penjuru dunia. Mudahnya akses perubahan antar batas negara dan wilayah menjadikan mudah sekali untuk mendapatkan akses informasi. Pemikiran dan ilmu pengetahuan juga akan mengalami peningkatan yang besar ketika adanya kemudahan akses informasi karena perkembangan teknologi yang berdampak kepada perubahan pola pikir manusia. Pola pikir yang baik dan sesuai dengan koridor agama atas dasar wahyu Allah dan sunnah Rasulullah sangat perlu untuk selalu dipegang sebagai dasar untuk berpikir. Fondasi yang kokoh dalam berpikir harus senantiasa diutamakan agar tidak timbul kemudaratan bagi diri sendiri dan orang lain.

Mengenal Globalisasi Sebagai Ujian Umat

Pada abad ke-21 ini, umat Islam menghadapi suatu fenomena yang efeknya universal, yaitu fenomena globalisasi. Globalisasi sendiri tidak memiliki definisi mutlak sehingga maknanya bisa berbeda tergantung sudut pandang manusia yang memahaminya. Menurut Albrow, seorang sosiolog Inggris, globalisasi adalah proses di mana seluruh manusia di muka bumi menjadi sebuah masyarakat global tunggal. Kellog.nd.edu menerbitkan sebuah paper yang mendefinisikan globalisasi sebagai penyebaran informasi, pekerjaan, produk, teknologi tanpa dibatasi negara atau budaya (Pemita, 2020).

Globalisasi hadir dengan sokongan perkembangan teknologi yang memudahkan manusia untuk berinteraksi tanpa terhalang garis batas wilayah negara. Perkembangan teknologi menyebabkan banyak perubahan di dalam kehidupan manusia, terutama di bidang komunikasi dan informasi. Seseorang dari Indonesia bisa berkomunikasi dengan orang lain dari Amerika dengan mudahnya melalui media sosial tanpa harus beranjak dari tempat duduknya. Mudahnya akses untuk berkomunikasi menyebabkan interaksi manusia menjadi semakin masif sehingga penyebaran informasi semakin mudah. Kemajuan di bidang komunikasi dan informasi menyebabkan perubahan di bidang lain baik seperti politik, sosial, budaya, dan lainnya (Nurhaidah, 2015). Kemajuan ini mengubah lifestyle manusia menjadi serba digital, mulai dari cara bertransaksi, komunikasi, akses dunia hiburan, dan lainnya.

Perkembangan teknologi dan globalisasi tentu tidak hanya memberi dampak positif melainkan memberi efek negatif juga. Konten negatif dapat disebarkan dengan mudah dan masif oleh pihak yang tidak bertanggung-jawab. Konten negatif tersebut biasanya dapat diakses dengan mudah bahkan oleh anak-anak. Fenomena globalisasi dan kemudahan penyebaran komunikasi dan informasi tersebut menjadi tunggangan musuh umat untuk melakukan perang pemikiran atau ghazwul fikr.

Strategi Ghazwul Fikr Musuh Umat

Di zaman sekarang, umat Islam mengalami pergeseran yang bersifat major. Pergeseran tersebut terjadi terutama di aspek gaya hidup, tingkah laku, dan pemikiran sehingga umat Islam seolah kehilangan identitasnya. Lebih parahnya lagi, banyak orang yang mengaku beragama Islam namun berperilaku seperti orang jahiliyyah dan bangga atas kelakuannya. Musuh umat Islam tau bahwasanya mereka tidak bisa menang di medan perang melawan Islam sehingga mereka melakukan penyerangan dengan cara lain, yaitu dengan melakukan perang pemikiran atau ghazwul fikr.

Ghazwul Fikr sendiri adalah sebuah penyerangan di bidang pemikiran, budaya, mental, dan konsep yang dilakukan musuh umat untuk merusak akhlak, kepribadian, dan pemikiran umat Islam. Usaha ini sudah dilakukan sejak khilafah masih berdiri dan masih berlangsung hingga saat ini. Serangan yang dilakukan musuh umat ini kerap ditemukan dalam bidang sosial politik umat Islam sendiri sehingga menghancurkan dari dalam. Ghazwul Fikr ini tidak hanya merusak umat dari segi sosial politik melainkan merusak umat dari sisi spritual juga seperti merusak akidah dan membuat gerakan yang melawan prinsip Islam itu sendiri (Husein Harahap, 2016).

Musuh umat Islam yang sudah sadar bahwa mereka tidak menang di medan akhirnya melancarkan perang pemikiran dengan berbagai cara, yaitu membuat perpecahan di antara pemimpin umat, mendukung pemimpin zalim berkuasa di negeri muslim, membuat negeri muslim tidak menggunakan sistem pemerintah Islam, mencegah negara-negara Arab bersatu, membuat konflik di negeri-negeri muslim, membuat masalah yang bersifat global dan melindungi penghina Rasulullah.

Apa yang Perlu Kita Perhatikan?

Pada abad ke-21 yang penuh dengan ujian bagi umat, tentu pendidikan mengenai Alquran dan Sunah menjadi petunjuk bagi umat Islam dalam menghadapi kehidupan duniawi penuh fitnah yang sangat berbeda dengan kehidupan Rasulullah dan juga para salaf terutama perbedaan karena adanya globalisasi. Dua tali tersebut perlu senantiasa dipegang oleh setiap manusia, khususnya setiap muslim yang pada zaman fitnah ini menghadapi berbagai macam ujian dan rintangan dalam kehidupan. Sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Malik

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”

Bahkan, apabila kita melihat lebih jauh lagi, peradaban Islam yang hebat, peradaban yang pernah menorehkan tinta emas di lembaran-lembaran sejarah dunia adalah berdiri kokoh di atas hal yang sangat mendasar dan penting, yaitu Alquran dan Sunah. Keduanya merupakan sebaik-baik pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam segala hal dan sisi kehidupan. Politik, hukum, ekonomi, kesehatan, masyarakat, kebudayaan, pemikiran, dan semua hal sisi kehidupan lainnya terkandung dalam dua fondasi fundamental tersebut.

Pendidikan merupakan hal yang amat fundamental di dalam agama Islam. Di Indonesia, kita mengenal adanya pendidikan pesantren yang mengajari anak-anak dan pemuda tentang agama Islam sehingga pesantren menjadi salah satu “benteng” umat terutama para pemuda untuk menghadapi fitnah duniawi. Mengapa disebut sebagai “benteng”? Benteng apabila kita dapat analogikan memiliki fungsi utama dalam melindungi wilayah dari gangguan musuh yang dapat merusak, begitu juga dengan manusia yang sangat perlu benteng selama hidup di dunia ini dengan membekali diri dengan ilmu, utamanya adalah ilmu agama yang sangat perlu dimiliki dan dikuasai manusia.

DAFTAR PUSTAKA

As-Sirjani, R. (2019). Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia (7 ed.). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Atsary, M. (2011). Kaedah Penting dalam Memahami Al Qur’an dan Hadits. Diambil 28 Januari 2021, dari Muslim.or.id website: https://muslim.or.id/6966-kaedah-penting-dalam-memahami-al-quran-dan-hadits.html

Husein Harahap, A. (2016). Ghazwul Fikri dalam Sosial Politik dalam Pemikiran Abdul Shabul Marzuq. Tesis.

Musyaffa. (2015). Kedudukan Akal Dalam Islam. Diambil 28 Januari 2021, dari Almanhaj.or.id website: https://almanhaj.or.id/4063-kedudukan-akal-dalam-islam.html

Nurhaidah, M. I. M. (2015). Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia. Pesona Dasar (Jurnal Pendidikan Dasar dan Humaniora), 1(4), 1–14. https://doi.org/10.24815/pear.v7i2.14753

Pemita, D. (2020). Apa Itu Globalisasi, Bagaimana Ciri-Ciri dan Dampaknya? Diambil 28 Januari 2021, dari tirto.id website: https://tirto.id/apa-itu-globalisasi-bagaimana-ciri-ciri-dan-dampaknya-f7Z6

--

--

No responses yet